Seperti biasa Teddy, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Boy, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama. "Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya Boy memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
18.8.07
Renungan Buat yang Sibuk Berkarir/Bisnis
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Boy menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa?" "Lho, tumben, kok nanya gaji Papa? Mau minta uang lagi, ya?""Ah, enggak. Pengen tahu aja." "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan minggu libur, kadang sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo?"
Boy berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Teddy beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Boy berlari mengikutinya."Kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000,- dong," katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Teddy.
Tetapi Boy tak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Boy kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp.5.000,- nggak?""Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah. "Tapi Papa..."Kesabaran Teddy habis."Papa bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Boy.
Anak kecil itu punberbalik menuju, kamarnya. Usai mandi, Teddy nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Boy di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Boy didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Teddy berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Boy". Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok'kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih."
"Papa, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikankalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini." Iya, iya, tapi buat apa?" tanya Teddy lembut. "Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja, mama sering bilang kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-.Tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam aku harus ganti Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,- . Makanya aku mau pinjam dari Papa," kata Boy polos.
Teddy terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang diaberikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya. (sumber majalah komunitas AdInfo)
Diposting oleh
Novry Simanjuntak
di
17.02
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar